Sebuah cerita yang terjadi pada tahun 2017. Saya lupa
kapan bulan, hari, jam, menit, dan detik tepatnya. Cerita ini tidak akan pernah
saya lupakan dan akan menjadi salah satu kenangan paling berkesan selama hidup
saya menjadi seorang anak kos-an. Harapan saya, semoga cerita ini tidak sampai
ke Ibu dan Bapak kos. Takutnya keturunan saya kelak akan di black list untuk
menjadi penghuni kost terbaik se- Parang Tambung ini.
Perkenalkan, kost terbaik kami, Pondok Matajang. Dihuni
oleh kurang lebih 17-an anak gadis. Bukan. Kami bukan traine Idol grup yang
sedang dikarantina. Kami adalah sekumpulan anak-anak rantauan yang sedang
berjuang mendapatkan toga dan gelar. Kost ini terdiri dari dua lantai. Yang
untuk menaiki ke lantai 2 nya, butuh perjuangan untuk menggunakan tangga
pusing-pusing.
Ini dia tiga perempat dari penghuni “pondok matajang”.
Penghuninya berasal dari usia, daerah, jurusan, dan level kejomblo-an yang
berbeda-beda.
Di lantai 2, Saya berada bersama dengan beberapa teman lainnya.
Jadi, begini ceritanya.
Pada suatu malam yang cerah. Eh, gelap. Sebagai mahasiswi
yang sok asik, sebelum tidur, saya akan melakukan rutinitas yang sehat dan
baik. Ya, apalagi kalau bukan minum susu. Susu cap bendera. Proses membuat
segelas susu kali ini, sangat drama.
Biasanya, saya memanaskan air dengan menggunakan alat tercanggih kala itu. Ini dia, alat pemanas air listrik.
Sebuah alat yang
dibekali dengan rasa cinta dari kedua orang tua di kampung. Harapan mereka,
anaknya bisa memanaskan air secara praktis dan resiko ringan. Yah, biasanya,
aman-aman saja menggunakan alat ini. Baru malam itu saja, saya sial.
Jadi, tatkala...wkwkwk... Saya menyiapkan diri untuk
melakukan ritual minum susu. Dimulai dengan mencuci gelas dan sendok bekas
orang-orang, mengambil susu di dalam kulkas, dan proses paling penting- memanaskan
air. Jadi, saya coloklah alat ajaib tersebut di stop kontak. Karena tidak
langsung mendidih, maka sayapun
menggunakan waktu menunggu saya dengan melakukan hal produktif, yaitu
membaca buku. Sepengetahuan saya, membaca buku akan enak kalau sambil
baring-baring. Maka saya praktekkan pengetahuan saya, dengan mengambil posisi
baring-baring di kasur sambil membaca. Tapi, apa mau dikata, mata saya tetap
milik Tuhan. Saya tidak bisa mengontrolnya dan akhirnya tertidur.
Sekitar pukul 2 atau 3 pagi. Listrik padam. Beberapa
orang bawah naik ke lantai 2. Beberapa mengeluh karena panas. Dan beberapa lagi
mengetuk pintu setiap kamar dan bertanya, “apakah kamu mencium bau gosong?”.
Semua jawabannya, Iya. Tapi, kami tidak tau darimana bau itu berasal.
Selang beberapa saat, setelah mengelilingi kost. Ternyata bau gosong tersebut, ada di kamar Saya.
I am shock, beiibe. Dan
bodohnya, saya baru ingat, sebelum tidur ternyata memang saya memanaskan air.
Malam itu, menjadi suram menyuram. Saya takooot melihat muka teman-teman saya.
Saya takooot kalau andaikan kost itu sampai terbakar, terus teman-teman saya
pada tewas terbakar, terus saya masuk penjara. Omaigat, i am overthinking.
Setelah mendapatkan sumber penyebab bau gosong yang mengakibatkan listik padam,
kamipun duduk bersama di ruang tengah. Sepertinya, saya sedang dihakimi waktu
itu. Tidak. Saya tidak nangis. Cuma speechless saja.
Saat masih
kegelapan, kami tidak tau apa yang harus diperbuat. Bagaimana caranya agar
listrik ini bisa nyala lagi? Untungnya, saya sudah belajar elektronika dasar
waktu itu. Sehingga, saya punya secuil pengetahuan bahwasanya, ketika terjadi
korsleting seperti ini, maka MCB akan secara otomatis turun atau posisinya
menjadi off.
Btw, apa itu MCB? Kasihan dari tadi digibahin, tapi tidak kenal siapa dia.
MCB adalah singkatan dari Miniature Circuit Breaker (MCB). MCB ini memiliki fungsi sebagai alat pengaman untuk arus lebih. MCB ini melindungi arus lebih yang disebabkan oleh kelebihan arus akibat hubungan pendek maupun beban lebih (over load). MCB akan memutuskan arus apabila arus yang melewatinya melebihi dari arus nominal MCB. Biasanya MCB terpasang di APP (Alat Pembatas dan Pengukur). MCB pada APP meiliki karakteristik sebagai CL (Pembatas Arus). Selain itu, juga merupakan perangkat keselamatan arus pendek yang bekerja secara instan. MCB yang khusus digunakan oleh PLN memiliki tombol biru.
Seperti apa wujud dari
MCB?
Seperti di bawah ini!
Apakah pernah melihatnya di dinding-dinding rumah?
Kembali ke cerita.
Setelah menyampaikan
sedikit pengetahuan itu, kami kemudian memberanikan diri untuk menaikkan
kembali kembali sakelar yang ada pada MCB.
And finally, listrik nyala.
Bayangkan kalau ABB (
Perusahaan listrik dan teknologi) tidak menemukan MCB? Bisa jadi kost akan
terbakar dan saya masuk penjara akibat kelalaian. Bayangkan saja, tidak usah
di-aamiin-in.
Supaya mirip tugas Bahasa Indonesia, kira-kira apa pesan moral yang bisa dipetik dari cerita di atas?
a. Jangan pernah lalai kalau menggunakan alat-alat listrik
b. Panasin air pakai dispenser makanya.
c. Jangan berteman dengan “Mitha”.
d. Awas saja, kalau sampai pilih C.
Sekian.
Yours.
2 Komentar
kos legend se Parangtambung. miss u guyssss��
BalasHapusdo you miss me kak? hahahahah
Hapus